Rahasia Dibalik Makna Malam Nisfu Sya’ban

Dalam sebuah riwayat, Aisyah ra menuturkan bahwa pada suatu malam nishfu Sya’ban, tiba-tiba Rasulullah Saw yang sedang tidur bersamanya melepaskan selimutnya dengan perlahan-lahan.

Aisyah ra khawatir Rasulullah Saw pergi menemui salah satu istrinya yang lain. Lantas, Aisyah ra pun bangun mencarinya. Namun, tiba-tiba kakinya bersentuhan dengan kaki Rasulullah Saw yang ternyata sedang sujud.

Aisyah ra teringat ucapan beliau saat itu yang lagi berdo’a :

سجد لك سوادي و خيالي و آمن لك فؤادي، وأبوء لك بالنعم، وأعترف بالذنوب العظيمة، ظلمت نفسي فاغفرلي، إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت، أعوذ بعفوك من عقوبتك، و أعوذ برحمتك من نقمتك، و أعوذ برضاك من سختك، و أعوذ بك منك، لا أخصي ثناء عليك، أنت كما أثنيت على نفسك

Artinya: “Telah bersujud kepada-Mu bayangan dan pikiranku, telah beriman kepada-Mu sanubariku. Aku mengakui seluruh nikmat yang Engkau karuniakan, aku mengakui seluruh dosa-dosaku pada-Mu; Aku telah berbuat dzalim pada diriku, maka ampunillah diriku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. Aku berlindung dengan rahmat-Mu dari siksa-Mu, aku berlindung pada ridha-Mu dari amarah-Mu, Aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak punya daya untuk menghitung pujian untuk-Mu. Dan, Engkau adalah sebagaimana Engkau puji diri-Mu.”

Baca: Karomah Kiai As’ad Syamsul Arifin

Lalu, Rasulullah Saw melanjutkan shalatnya baik dengan berdiri atau pun dengan duduk sampai datang waktu shubuh. Pada pagi harinya, kaki beliau terlihat bengkak-bengkak. Lalu, Aisyah ra meraba kaki beliau dan berkata:

“Demi ayah dan ibuku, sesungguhnya engkau telah menyiksa dirimu, ya Rasulullah Saw? Bukankah Allah Swt telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan yang akan datang? Bukankah Allah Swt telah menjaminmu?”

Rasulullah Saw menjawab: “Benar Wahai Aisyah! Bukankah sepantasnya aku menjadi hamba yang bersyukur atas semua itu? Tahukah kamu dengan apa yang terjadi malam ini?”

Aisyah ra menjawab: “Ada apakah ya Rasulullah Saw?

Lalu, Rasulullah saw menjelaskan:

“Pada malam ini, semua bayi yang akan lahir tahun ini dicatat, semua orang yang akan meninggal tahun ini dicatat, amal mereka diangkat, dan pada malam ini juga rezeki mereka diturunkan.” (Keterangan dalam kitab Fadha’il al-Auqat).

“Tidak hanya itu, pada malam ini pula Rahmat Allah Swt turun ke bumi. Allah Swt akan mengampuni segala sesuatu kecuali dosa musyrik dan orang yang di dalam hatinya tersimpan kebencian.” (HR. Al-Baihaqi). Imam Abdurrohman asy-Syafi’i dalam kitab A’mal al-Qubra: Nuzhah al-Majalis wa Muntakhab al-Nafaa’is.

Dalam riwayat lain Rasulullah saw juga menegaskan:

“Sesungguhnya pada malam nishfu Sya’ban itu Rahmat Allah Swt turun ke langit dunia dan kemudian mengampuni dosa manusia yang jumlahnya lebih banyak dari bulu domba Bani Kalb”. (HR. At-Tirmidzi: 3/116 dan Ibnu Majah: 1/444).

Kemudian Rasulullah Saw mengangkat kepalanya seraya berdo’a:

اللهم هبلي قلبا تقيا نقيا من الشر، بريا لا كافرا ولا شقيا

Artinya: “Ya Tuhanku, berilah Aku hati yang taqwa dan bersih dari segala kejahatan, hati yang suci, tidak kafir, dan tidak pula sengsara.” (Sayyid Muhammad Alwi al-Maliki dalam kitabnya Madza fii Sya’ban, hlm. 63-67).

Akhirnya, dengan kesadaran diri, Rasulullah Saw yang jelas-jelas diampuni dosanya dan sudah dijamin masuk surga saja masih shalat sampai kakinya bengkak-bengkak. Lalu bagaimana dengan kita? Apakah sudah melakukan hal demikian yang dilakukan oleh Rasulullah Saw atau paling tidak mengikuti sedikit saja dari perbuatan Rasulullah Saw selama ini?

Baca: KH. Ali Maksum: Amaliah Mengirim Hadiah Pahala Untuk Mayit

Oleh karena itu, marilah pada malam Nishfu Sya’ban yang penuh barokah (al-Lailah al-Mubarokah), malam pembagian rezeki dan penentuan takdir (Lailah al-Qismah), malam penghapusan dosa (Lailah at-Takfir), malam dikabulkan do’a (Lailah al-Ijabah), malam kehidupan dan hari raya malaikat (Lailah al-Hayah wa ‘Ied al-Malaikah), malam syafaat (Lailah asy-Syafaa’ah), malam pembebasan (Lailah al-Baroah wa Lailah ash-Shakki), malam hadiah (Lailah al-Jaizah), malam ampunan dan pembebasan dari api neraka (Lailah al-Ghufran wa al-Itq min an-Niiran) ini kita manfaatkan untuk memperbanyak shalat sunnah, dzikir, istighfar, dan do’a untuk keselamatan dunia akhirat, terutama sekali mohon segera dilepaskan dari ujian pandemi Covid-19. Semoga kita bisa menggapai keberkahan bulan Sya’ban ini dan Allah swt memberi kesempatan umur untuk beribadah pada bulan Ramadhan.

Oleh: Tim Redaksi

Sumber: bangkitmedia.com

Picture by hidayatullah.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *