Pada saat pengajian kitab Minhajul Abidin (5/12) karya Imam Ghozali yang diampu oleh KH. M. Munawwar Ahmad selaku pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek L, beliau menjelaskan tentang “Rasa Takut dan Harapan: Jalan Tengah yang Menyelamatkan” hendaknya berhati-hati dan waspada ketika menempuh tahapan perjalanan ini yakni rasa takut dan harapan, karena perjalanan ini menuntut ketelitian ekstra karena jalannya sangat berbahanya yang berada diantara dua lembah yang sulit dilalui. Yang pertama yaitu jalan merasa aman dan bebas dari rasa takut (berani), yang kedua jalan keputus-asaan. Sebagai pelaku jalan ibadah harus menjaga keseimbangan antara rasa takut dan harapan jangan hanya bersandar pada salah satu jalan saja dan mengabaikan jalan lainnya, sebab jika harapan itu menjadi dominan kita bisa tersasar ke jalan rasa aman yang membuat merasa aman melakukan apa saja dan terbebas dari rasa takut.
Sebaliknya jika rasa takut yang lebih dominan kita bisa tersesat ke jalan keputus-asaan dimana kita akan kehilangan harapan. Disisi lain jika seorang hamba berjalan diantara rasa takut dan harapan serta berpegang keduanya secara bersamaan maka itu adalah jalan yang adil dan lurus, yang mana jalan tersebut merupakan jalan para wali Allah dan orang-orang pilihan-Nya. Dari penjelasan diatas kita tahu bahwa dalam tahapan perjalanan ini terdapat tiga jalan utama, yaitu :
1. Jalan merasa aman dan bebas dari rasa takut
2. Jalan keputus-asaan
3. Jalan rasa takut dan harapan (Khauf dan Raja’) yang terbentang diantara jalan pertama dan kedua
Jika kita berada di jalan pertama (jalan rasa aman dan bebas dari rasa takut) maka kita hanya akan melihat kemurahan hati dan ampunan Allah yang tak terbatas, kedermawanan-Nya, terbebas dari rasa takut dan khwatir terhadap apapun, maka dengan bergantung pada ampunan-Nya ataupun berada pada jalan pertama ini kita akan menjadi hamba yang tak kenal rasa takut dan tak perlu menjaga diri.
Sebaliknya jika kita mengambil jalan yang kedua yaitu jalan keputus-asaan kita hanya akan melihat kerasnya hukuman Allah kepada siapa saja yang bersalah termasuk kesalahan-kesalahan kecil, pengawasannya yang begitu ketat, sehingga hampir-hampir tidak ada kesempatan untuk “Berharap” pada-Nya dan akhirnya kita hanya merasa putus asa dan menyerah. Seperti yang telah diungkapkan oleh banyak orang shaleh dan ahli ibadah bila “Harapan” lebih dominan maka kita bisa masuk kedalam sekte murji’ah yang menyimpang, sedangkan bilamana “Rasa takut” nya yang lebih dominan maka kita bisa terjerumus menjadi seorang khuramiyah atau khawarij.
Oleh karena itu hendaknya kita jangan hanya melihat pada rahmat dan ampunan Allah yang maha luas saja lalu merasa aman dengan semua itu. Jangan pula hanya melihat pada beratnya hukuman Allah dan kewaspadaannya terhadap kesalahan seorang hamba sekecil apapun sehingga menyerah dan putus asa. Akan tetapi hendaknya kita mengambil jalan tengah atau melihat keduanya secara bersamaan diantara kedua jalan tersebut. Dengan menempuh jalan tengan diantara kedua jalan tersebut Allah menjamin hambanya akan meraih kesuksesan di dunia maupun di akhirat, jalan tersebut memang sulit untuk dilalui namun jalan tersebut merupakan jalan yang lurus dan aman dibandingkan hanya memilih salah satu diantara keduanya.
Oleh : Taufik Ilham
Sumber : Kitab Minhajul Abidin
Picture by sufipathoflove.files.wordpress.com