Pada saat pengajianKitab Minhajul Abidin (9/12) yang diampu oleh pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek L yakni K.H Muhammad Munawwar Ahmad menjelaskan tentang “Mengingat Janji Dan Ancaman-Nya Pada Hari Pembalasan” yang dimaksud dengan janji disini ialah janji pahala dan balasan yang baik, janji ini diberikan kepada orang-orang yang berjalan diatas kebenaran. Dalam konteks ini akan dijelaskan secara singkat lima hal yang akan dihadapi seorang hamba di akhirat kelak, yaitu:
1. Kematian
Terkait dengan kematian ada sebuah kisah yang menceritakan seorang murid Fudhail bin ‘Iyadh yang sedang mengalami sakaratul maut lalu Fudhail menjenguknya dan duduk di sisi kepalanya dengan membacakan surah Yasin.
Tapi si murid berkata, “Wahai Ustadz, jangan membcaca itu.”
Fudhail pun terdiam lalu mentalqinkan kepadanya kalimat laa ilaaha illallaah.
Namun muridnya itu berkata, “Aku tidak akan mengucapkannya, sebab aku berlepas diri darinya.”
Akhirnya si murid mati dalam keadaan su’ul khatimah, meskipun dia murid Fudhail seorang ulama besar yang dikenal sangat zuhud.
Sepulangnya ke rumah Fudhail menangisi kejadian selama 40 hari dan selama waktu itu dia tidak keluar dari kamarnya, kemudian dalam tidurnya Fudhail bermimpi melihat muridnya itu sedang diseret ke Neraka Jahanam. Kemudian Fudhail bertanya, “Apa sebabnya Allah mencabut makrifat dari hatimu, padahal engkau sebelumnya muridku yang paling pandai?”
Muridnya pun menjawab, “Itu karena 3 hal. Pertama, karena aku suka mengadu domba (namimah). Kedua, karena aku dengki (hasad) pada sahabat-sahabatku. Ketiga, aku pernah sakit dan saat itu aku pergi ke seorang tabib untuk mengobati penyakitku itu dan ia menyuruhku minum satu mangkuk khamar secara rutin. kalau tidak maka penyakitku itu tak akan sembuh. Lalu aku pun meminum sesuai anjurannya.”
Baca : Sebagian Tanda Dari Kematian
2. Alam Kubur
Adapun tentang alam kubur dan keadaan setelah mati maka ingatlah sebuah cerita yang mana salah satunya dituturkan oleh seorang saleh, yang bermimpi dengan Sufyan ats-Tsauri, setelah ulama besar itu meninggal dunia.
Dalam mimpinya orang saleh itu bertanya kepada Sufyan, “Bagaimana keadaanmu, wahai Abu Abdullah?”
Tapi Sufyan berpaling darinya, lalu berkata, “Ini bukan masanya lagi memanggil dengan nama panggilan itu (maksudnya panggil ‘Abu’-Ed).”
Aku pun meralat pertanyaanku, “Bagaimana keadaanmu wahai Sufyan?”
Sufyan ats-Tsauri menjawab dalam bait syair berikut ini.
“Aku melihat kepada Rabbku dengan mataku, maka Dia berfirman kepadaku:
Bersenang-senanglah dengan keridhaan-Ku terhadapmu wahai Abu Sa’id.
Engkau bangun ketika malam telah gelap,
Dengan air mata kerinduan dan hati yang engkau mau,
Dan kunjungi Aku karena aku tidak jauh darimu.”
3. Hari Kiamat
Ketika seseorang dikeluarkan dari kuburnya tiba-tiba ia mendapati kendaraan buraq berada di atas kuburannya dan dibagian atas buraq itu terdapat mahkota dan sejumlah perhiasaan. Lalu ia memakai perhiasan itu dan menaiki buraq menuju surga yang penuh kenikmatan, karena kemuliaannya ia tidak dibiarkan berjalan kaki menuju surga. Sedangkan yang lainnya ketika dikeluarkan dari kuburnya ia mendapati para malaikat Zabaniah, rantai dan belenggu yang disediakan untuk mereka. Para malaikat tidak membiarkan orang celaka itu berjalan kaki ke neraka namun diseret dari atas ubun-ubunnya ke neraka yang menyeramkan.
4. Surga dan Neraka
Adapun tentang surga dan neraka maka renungkanlah tentang keduanya pada dua ayat Kitabullah (al-insaan:21-22) dan (al-Mu’minuun: 107-108). Dalam sebuah riwayat diungkapkan bahwa pada waktu itu para penghuni neraka menjadi anjing-anjing yang menyalak-nyalak di dalam neraka.
Yahya bin Mu’adz ar-Razi berkata,
“Kita tidak tahu mana yang lebih besar di antara dua musibah ini: terlepasnya surga dari tangan kita atau dimasukannya ke dalam neraka. Adapun surga kita tidak tahan untuk segera memasukinya. Sedangkan api neraka kita tidak tahan jika harus mendekat (apalagi dimasukkan) ke dalamnya.”
Seseorang menerangkan kepada Imam Hasan al-Bashri, bahwa orang yang terakhir keluar dari api neraka adalah seorang lelaki bernama Hunad. Dia telah disiksa selama seribu tahun. Saat keluar dari neraka berseru, “Ya Hannan, ya Mannan ( Yang Maha Pengasih dan Yang Maha Memberi Karunia).”
Hasan kemudian menangis dan mengatakan, “Semoga saja aku menjadi seperti Hunad itu.”
Orang-orang pun heran mendengar ucapan Hasan itu, tapi ia segera membalasnya, “Celaka kalian! Bukankah ia akan keluar pada suatu hari?”
5. Risiko Tercabutnya Iman
Dari semua perkara yang telah dijelaskan sebelumnya itu akhirnya akan kembali kepada satu poin penting yakni “Resiko tercabutnya dari karunia iman.” Iman merupakan poin yang bisa mematahkan punggung dan membuat muka menjadi pucat, menghancurkan hati, menghentikan detak jantung, yang mengalirkan air mata darah dari para hamba. Inilah akhir yang paling ditakuti oleh orang yang takut yang ditangisi oleh mata orang-orang yang menangis.
Baca : Sebuah Kisah Habib Quraisy Bin Qosim Cirebon
Beberapa wali Allah menjelaskan bahwa kesedihan itu ada tiga macam:
- Sedih terhadap ibadah yang dia lakukan apakah akan diterima atau tidak oleh Allah
- Sedih terhadap dosa yang ia lakukan apakah akan diampuni atau tidak.
- Sedih memikirkan kalau iman makrifat dicabut darinya.
Sementara itu, orang-orang yang mukhlis berkata:
“Pada hakikatnya semua kesedihan itu satu, yaitu sedih memikirkan resiko tercabutnya iman atau makrifat. Sedang semua bentuk kesedihan lainnya, rasa cemas dan kekhawatiran tidak signifikan dibanding dengan kehilangan iman.”
Oleh : Tim Redaksi
Sumber: Kitab Minhajul Abidin
Picture by syahida.com