Kanjeng Nabi Muhammad SAW banyak menjelaskan tentang pentingnya shalat di shaf paling depan, juga fadhilah-fadhilah shaf paling depan. Karena hal tersebut untuk menambah keyakinan dan memacu semangat seorang hamba dalam berlomba-lomba melakukan kebajikan. Apabila seorang hamba mengetahui keutamaan shalat di shaf paling depan pasti mereka rela untuk berebut undian mendapatkannya. Tapi ada seorang sahabat yang memilih berada di bagian shaf paling belakang padahal ia bisa saja menempati shaf paling depan, ia pun mengerti seberapa besar keutamaan dan pahala yang terkandung di dalamnya.
Suatu ketika sahabat Sa’id bin Amir hendak melaksanakan shalat berjamaah, namun terlebih dahulu menemui Abi Darda’ untuk berangkat bersama-sama. Setelah iqomat dikumandangkan para sahabat mulai berebut shaf dibagian paling depan, namun Abi Darda’ tidak bergerak sama sekali justru malah melangkahkan kakinya ke belakang di bagian shaf paling akhir. Melihat hal tersebut Sa’id Bin Amir terkejut dan ketika shalat sudah selesai dilaksanakan sahabat Sa’id Bin Amir memberanikan diri untuk bertanya kepada Abi Darda’.
Baca: Definisi Makan al-Shalat (Tempat Shalat)
“Bukankah engkau sudah mengetahui akan shaf yang paling utama adalah shaf yang pertama wahai Abu Darda’?” tanya sahabat Sa’id
“Ya, saya mengetahuinya. Akan tetapi perlu kamu ketahui bahwa umat ini adalah umat yang paling dikasihi dan lebih dilihat oleh Allah dari pada umat-umat yang lain. Ketika shalat Allah akan melihatnya dan akan mengampuni orang itu beserta orang-orang yang berada di belakangnya dan alasan saya berada di shaf paling belakang karena saya berharap Allah mengampuni dosa saya lantaran orang-orang yang berada di depan saya.”
Yang perlu menjadi catatan bahwasanya ada beberapa catatan yang sangat mendasar mengenai motif perbuatan sahabat ketika menempati shaf paling akhir dengan fenomena yang sering terjadi dengan kita yakni dengan sengaja menempati shaf paling belakang. Pertama terkait niat, para sahabat mempunyai niat yang baik dan berdasar. Mereka tidak asal-asalan ketika melakukan hal tersebut, berbeda dengan sebagian dari kita yang sengaja memilih shaf paling belakang dengan tujuan supaya bisa langsung dengan mudah pergi ketika meninggalkan masjid ketika shalat selesai. Yang kedua yaitu meskipun menempati shaf akhir para sahabat telah datang di tempat jamaah jauh sebelum iqomat dikumandangkan, berbeda dengan kita yang kebanyakan (tidak semuanya) malah baru datang ketika shalat sudah berjalan bahkan ada yang menunggu hingga lafadz Amin dikumandangkan oleh jamaah.
Baca: Anggota Sujud Dalam Shalat
Dapat disimpulkan bahwa telat ketika shalat jamaah tanpa adanya udzur syar’i merupakan tindakan yang kurang pantas karena sudah hilang kesempatan mendapatkan fadhilah ataupun keutamaan menempati shaf bagian pertama yang sangat dianjurkan oleh Kanjeng Nabi. Namun apabila terpaksa harus terlambat ketika shalat berjamaah dan harus menempati shaf bagian belakang karena udzur syar’i maka alangkah baiknya jika meniru niat para sahabat. Paling tidak dengan niat baik kita bisa mendapatkan fadhilah dan pahala yang besar dengan keterbatasan kita. Abu Nashr Bisyr bin al-Harits al-Hafi mengatakan bahwasanya “Yang Dikehendaki dalam shalat adalah dekatnya hati bukan dekatnya jasad”.
Oleh: Taufik Ilham
Picture by kalem.id