Di saat matahari bersiap terbit, memberikan kehangatan bagi seluruh umat manusia dan makhluk hidup di Bumi. Namun, tidak dengan apa yang terjadi pada 27 Mei 2006 di Yogyakarta.
Pada hari itu, sekitar pukul 05.53 atau pukul 05.55 WIB, gempa bumi berkekuatan 5,9 skala Richter mengguncang salah satu provinsi istimewa di bagian tengah Jawa, Indonesia. Kejadian itu terjadi kurang lebih pukul 05:55:03 wib selama 57 detik. Tidak sedikit korban jiwa yang berjatuhan dan ribuan bangunan rumah roboh hampir rata dengan tanah.
Banyak orang pada saat gempa terjadi masih tertidur ataupun masih terkantuk-kantuk, meski sebagian telah terbangun bersiap memulai aktivitas mereka. Goncangan yang begitu dahsyat seketika meluluhlantakkan bangunan, infrastruktur, hingga jaringan listrik dan telekomunikasi di seluruh wilayah Yogyakarta, Bantul, dan sekitarnya. Tercatat korban yang terdampak akibat bencana alam ini juga mencapai wilayah-wilayah seperti Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul, Klaten, dan Boyolali.
Salah satu daerah yang terkena dampak gempa adalah Krapyak yang mana daerah tersebut terdapat sebuah Pondok Pesantren al-Qur’an terbesar di Indonesia yakni Pondok Pesantren Al Munawwir. Pondok Pesantren Al Munawwir telah mencetak lulusan yang hebat di masing-masing daerah hingga ke luar negeri dan tidak sedikit santri yang lulus di sana banyak yang mendirikan pondok pesantren.
Baca: Kisah Ibu Nyai Sukis Dan Jangan
Ketika peristiwa gempa bumi mengguncang wilayah Yogyakarta dan sekitarnya ada sebuah kejadian yang di luar nalar manusia. Pada saat peristiwa gempa terjadi KH. Zainal Abidin Munawwir allahuyarham atau biasa akrab dengan Mbah Zainal, beliau merupakan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir yang sedang beriktikaf di dalam masjid dan itu memang sudah menjadi kebiasaan beliau di pagi hari.
Semua bangunan di komplek Pondok Pesantren ikut hancur termasuk masjid. Tiba-tiba muncul Mbah Zainal di balik reruntuhan masjid itu.
“Cung, iki ono opo kok podo ambruk kabeh? tanya Mbah Zainal kepada santri
“Ada gempa bumi ini tadi, mbah kyai” jawab santri
“Owh gempa to” jawab Mbah Zainal
Begitulah sosok Mbah Zainal, ulama ahli fiqh yang dikenal zuhud dan wira’i. Hanya kepatuhan kepada sang Khalik-lah yang menjadikan manusia yang tinggi derajatnya di hadapan Allah swt, karena semata-mata ibadah mereka hanya untuk Allah swt, bukan untuk yang lainnya. Lahul fatihah.
Semoga dari kisah Kiai Zainal Abidin Munawwir Selamat dari Gempa ini memberikan manfaat dan barokah untuk kita semua, amiin.
Oleh: Tim Redaksi
Sumber: bangkitmedia.com
Picture by santrijagad.org