Jer Besuki Mawa Beya

“Gus ada ungkapan seperti ini ‘ad astra per aspera’– hanya dengan jerih payah kita bisa mencapai ke bintang, komentar kamu gimana gus?” ucap Supri

“Kamu sok-sokan pamer istilah latin Pri, supaya dikira pintar gitu?” jawab Agus

“Haha…lupakan saja mudos yang saya miliki gus, terangkan saja istilah tadi, bantu saya memahaminya” pinta Supri

“Pasti kalimat itu dipakai dalam konteks terbatas, kalau pakai logika keilmuan itu dusta dan sia-sia. Mau ngapain kita ke bintang? Bintang yang kita tahu seperti matahari, panas. Bagaimana kita bisa mencapainya? Mendekatinya saja bisa terbakar habis.” Jawab Agus

“Tapi kok banyak kalimat yang sejenis gus?” tanya Supri

“Karena kalimat itu memang sengaja digunakan untuk menipu diri supaya menjadi energi, maka tidak ada salahnya kita berbohong sedikit. Dalam bahasa jawanya kalimat ini menjadi ‘obah mamah ubet ngliwet- no pain no gain- no woman- kapokmu kapan!’ Ada juga dalam ungkapan lain, simbah-simbah tua jaman dulu sering bilang ‘jer besuki mawa beya’ keberhasilan, kesejateraan dan kesuksesan tidak mungkin akan terwujud tanpa adanya pengorbanan. Tentang usaha kita tidak ada perdebatan, pasti dari dulu ya begitu itu. Kecewa, sulit, berkeringat, berdarah, melelahkan, hancur, remuk-redam, bangkit lagi, hajar lagi, jalan lagi, jatuh lagi, berproses lagi. Tapi tentang keberhasilan? Tentang bintang? Tantang kemenangan?” jawab Agus

Baca: Uchiha Itachi Terinspirasi Dari Kitab Ulama Abad Ke-16

“Kenapa memangnya Gus?” tanya Supri

“Kita selama ini hanya memakai satu kacamata kuda dalam memandang hal ini. Bagi kita kalau miskin berarti tidak berhasil, kalau bodoh tidak suskses, kalau tidak terkenal berarti bukan bintang. Ealah dalah… kok yo mesake tenan cara berpikir koyo ngene ini. Sudah jatuh mati pula.” Jawab Agus

“Berarti bisa dong kemenangan muncul dalam bentuk kekalahan?” lanjut Supri

“Kenapa tidak? Kemenangan bisa saja muncul dari kekalahan, kesuksesan bisa kita peroleh dari kebangkrutan, kehidupan dari kematian, kesenangan dari kepahitan, kelapangan dari kesempitan. Walau saya yakin ini sulit dan tak mudah dilakuakan, tapi paling tidak kita tahu cara berpikir yang model seperti ini, wes lumayan Pri.” Jawab Agus

Oleh: Taufik Ilham

Picture by upload.wikimedia.org