Sifat sabar merupakan obat yang pahit dan minuman yang tidak disukai, namun berkah. Dengan sabar seorang hamba akan memperoleh banyak keuntungan dan terhindar dari segala mudharat. Dengan khasiat seperti itu orang yang berakal sehat pasti akan memaksa dirinya untuk meminum obat tersebut dan rela tahan dengan rasa pahitnya. Meyakini bahwasanya rasa pahit yang sebentar itu akan menghasilkan ketenangan jiwa selamanya.
Seorang yang sabar akan tetap selamat di dunia dari kebingungan, kegelisahan, kesal dan ratap tangis kesedihan. Juga selamat dari hukuman di akhirat kelak, sedangkan mereka yang menunjukan sikap lalai, gelisah dan tidak sabar maka akan lenyap seluruh manfaat sabar itu darinya dan akan menghadapi berbagai kerusakan dan kerugian. Apabila tidak bersabar dalam menghindari dosa maka akan terjatuh dalam perbuatan dosa dan apabila tidak mampu sabar dalam upaya menghindari perbuatan yang sia-sia dan berlebih-lebihan di dunia maka akan larut dalam perbuatan tersebut.
Gagal bersabar terhadap musibah yang menimpanya itu lebih parah akibatnya daripada derita yang disebabkan oleh akibat musibah itu sendiri. Maka apa untungnya melakukan sesuatu yang bisa melenyapkan apa yang telah berhasil diraih sementara yang lenyap itu kemudian tidak bisa kembali lagi? Berusahalah dengan sungguh-sungguh dan bilamana ada sesuatu yang terlepas dari genggaman jangan sampai yang lain turut terlepas pula.
Bagaimana pendapatnya terhadap orang tua yang sangat menyayangi anaknya dan memiliki harta banyak tapi ia mencegah anak tercintanya untuk makan kurma segar dan buah apel karena sang anak tengah menderita sakit mata. Orang tua tersebut juga menyerahkan anaknya kepada seorang guru yang keras juga tegas yang menghukum anak itu berdiri sepanjang hari di tempatnya apabila si anak melakukan kesalahan agar si anak tumbuh menjadi anak yang disiplin dan terdidik. Sang ayah juga membawa anaknya kepada tukang bekam hingga ia merasa sakit dan terguncang.
Apakah tindakan orang tua itu mencegah anaknya makan kurma dan apel itu didorong oleh sikap pelit? Dengan menyerahkan anaknya untuk dididik orang lain dan memberi kebebasan kepada gurunya itu untuk menghukum. Apakah orang tua tersebut mencelakakan anaknya? Padahal ia telah menyediakan apapun yang ia miliki untuk kebahagiaan anaknya. Apakah dengan itu ia bermaksud membuat anaknya lelah dan menyakitinya, karena marah kepadanya, sedangkan ia adalah anak kesayangannya dan belahan jiwanya? Tentu tidak demikian, orang tua itu melakukan demikian karena tahu bahwa itu yang terbaik bagi anaknya. Kelelahan yang sedikit itu akan membawa anaknya sampai kepada kebaikan yang banyak serta manfaat yang besar. Ia tak mau anaknya kelak tumbuh dengan membawa pengaruh negatif yang akibatnya juga akan sangat berat bagi tanggung jawabnya sebagai orang tua.
Oleh karena itu apabila Allah mengujimu dengan kesusahan maka yakinlah bahwasanya Dia sebenarnya tidak butuh untuk mengujimu dan mencobamu sebab Dia Maha Mengetahui keadaanmu, Maha Melihat kelemahanmu dan Dia Maha Lembut lagi Maha Penyayang terhadapmu. Jadi apabila kita melihat Allah mencegah kita memperoleh karunia dunia atau menimpakan banyak kesusahan dan musibah, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kita disayangi oleh-Nya dan kita sedang berada pada derajat yang tinggi di sisi-Nya. Apabila kita mengalami kesulitan dan gelisah karena tak mendapatkan sesuatu yang kita inginkan tetapkanlah hati kita untuk senang dan berterima kasih kepada Allah. Karena Allah sendiri yang menginginkan kebajikan dan kesejahteraan bagi kita, menambah pahala kita dan mengangkat kita pada kedudukan sebagai hamba pilihan dan terpuji.
Semoga Allah Ta’ala selalu memberikan pertolongan dengan anugerah dan karunia-Nya kepada kita semua.
Oleh : Taufik Ilham
Sumber : Kitab Minhajul Abidin
Picture by klikdokter.com