Bagaimana Batasan Niat Shalat Saat Takbiratul Ihram?

Pertanyaan:

وأما النووي فاختار الاكتفاء بالمُقارنة العُرفِية، بحيث يعد عُرفًا أنه مستحضر للصلاة

Apa maksud(murad) dalam redaksi tersebut?

Jawaban:

Dalam hal penyertaan dalam takbiratul ihram ini, terdapat dua hal; yaitu istihdlar (menghadirkan gambaran shalat dalam takbir) dan muqaranah (menyertakan niat dalam takbir). Imam Nawawi menganggap cukup bahwa menyertakan niat dalam takbiratul ihram dengan muqaronah al-‘urfiyyah dan istihdlar ‘urfiy. Muqaronah al-‘urfiyyah adalah bahwa penyertaan niat dalam takbiratul ihram tidak harus secara akurat keseluruhan lafadz niat bersamaan dengan lafadz takbir, mulai awal sampai akhir, boleh di awal, tengah, atau akhir, asalkan tidak setelah lafadz takbiratul ihram selesai. Sedangkan istihdlar ‘urfy adalah menghadirkan gambaran shalat dalam takbir dengan kira-kira bahwa seseorang mampu membedakan bahwa shalat adalah ibadah tertentu yang berbeda dengan ibadah atau pekerjaan lain. Pendapat lain mengatakan bahwa untuk mendapatkan kedua hal tersebut (istihdlar ‘urfy dan muqaranah ‘urfiyyah), cukup dengan menghadirkan qasdu dan ta’yin niat dalam takbiratul ihram.

Referensi:

نهاية الزين في إرشاد المبتدئين  ص 57 ومن شروط التكبير وهو تمام العشرين قرن النية به حقيقة أو عرفا مع الاستحضار الحقيقي أو العرفي . والحاصل أن لهم مقارنة حقيقية ومقارنة عرفية واستحضارا حقيقيا واستحضارا عرفيا فالاستحضار الحقيقي أن يستحضر جميع أركان الصلاة تفصيلا. والاستحضار العرفي أن يستحضر أركان الصلاة إجمالا ويكفي في ذلك القصد والتعيين ونية الفرضية كما قاله الحفني نقلا مسلسلا عن شيخ الإسلام.

Photo by harakah.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *