Momen lebaran adalah momen dimana berkumpulnya sanak saudara, melepaskan kerinduan dengan orang terkasih. Bagi orang-orang yang sedang merantau merindukan hal-hal tersebut karena menjadi sebagai salah satu momen yang ditunggu-tunggu untuk bisa menghabiskan waktu bersama kerabat dan keluarga. Setiap kali gema takbiran bergema teringat jengkol badalo masakan sang ibu.
Tradisi ketika lebaran adalah mudik ke kampung halaman, tidak sedikit masyarakat yang memiliki kehidupan jauh dari kampung halamannya, tidak ketinggalan para santri yang sedang menimba ilmu di pondok pesantren juga melakukan tradisi ini. Namun tidak semua melakukan tradisi mudik tersebut, ada beberapa santri yang lebih memilih mukim di pondok saat hari raya idul fitri. Ada beberapa alasan kenapa para santri yang tidak memilih mudik ke kampung halamannya diantaranya yakni karena memang kampung halamannya nan jauh disana ada juga yang beralasan tidak akan pulang sebelum membawa calon untuk ibu dan bapak. Namun pada dasarnya alasan santri lebih memilih mukim karena dilandasi karena rasa hormat kepada kyai ataupun ibu nyai sebagi figur teladan sebagai murobbi ruh nya.
Pada saat momen seperti inilah para santri yang tidak memilih pulang ke kampung halamannya memanfaatkan momen untuk sowan-sowan kepada para masyayikh yang ada di sekitar lingkungan pondok. Sowan yang dilakukan bisa lebih intens karena masih dalam suasana idul fitri yang masih kental dengan hikmah serta do’a beliau secara langsung. Kesempatan ini yang jarang di dapatkan oleh santri pada umumnya.
Baca : Bernostalgia Bersama KH. Ahsin Sakho’
Setelah sowan kepada Pak Yai dan keluarga ndalem kemudian kami keliling sowan kepada para masyayikh Krapyak dan dzuriyah pondok pesantren dan juga tak lupa bertamu ke rumah warga sekitar. Pada saat sowan ke ndalemnya Gus Chaidar kami diceritakan sedikit rahasia yang mungkin tidak kebanyakan orang mengetahuinya. Karena pada saat itu tidak lama setelah wafatnya KH. Agus Rifqi Ali Bin KH. Ali Maksum atau biasa akrab dengan sapaan Gus Kelik.
Tiba-tiba beliau dawuh bahwasanya :
“Jimate Krapyak iku ono telu, lah iki sijine sing nembe kapundut yaiku Gus Kelik, lah iki ijeh loro sing sijine yaiku Mbah Yai Najib (sing nembe kapundut) karo sing sijine yaiku…”
Dan untuk yang ketiga ini beliau masih sugeng, mudah-mudahan beliau selalu diberikan kesehatan dipanjangkan umurnya juga mberkahi untuk kita semua. Mudah-mudahan kita semua diakui menjadi santrinya beliau. Amin.
Oleh : Taufik Ilham
Sumber : Alumni Komplek L
Picture by Lilik