Kisah Ibu Nyai Sukis Dan Jangan

Ibunda almaghfurlah KH. Ahmad Warson Munawwir dan KH. Zainal Abidin yakni Ibu Nyai Hj. Khodijah atau biasa dipanggil dengan Bu Nyai Sukis. Bu Nyai Sukis satu rumah dengan Mbah KH. Ali Maksum (menantu) dan anak-anak beliau, yakni Gus Bik (KH. Atabik Ali), Mbak Ifah, Mbak Genuk, Gus Jis (KH. Jirjis Ali). Gus Kelik (almarhum) dan Mbak Ida belum lahir waktu itu.

Pada saat zaman Mbah Munawwir masih sugeng santri masih terbilang sedikit, bahasa yang dipakai sehari-hari masih bahasa Jawa, sebab santri-santri kebanyakan dari Jawa Tengah dan sedikit dari Jawa Timur dan Jawa Barat. Sangat jauh berbeda ketika zaman Mbah Ali memegang kendali, santri-santri dari Jakarta membludak, terutama dari Klender (Jakarta Timur).

Bersamaan dengan perkembangan pondok dan santri-santri yang memakai bahasa Indonesia mulai banyak, otomatis Bu Nyai Sukis sering mendengar bahasa Indonesia dari Bu Nyai Hasyimah (istri Mbah Ali). Lama-lama berani memakai bahasa Indonesia meskipun dengan kosakata terbatas.

Baca: Menjelang Haul Sang Maestro Kamus Al Munawwir

Suatu hari ada tamu keluarga dari Jakarta, begitu pagi saat sarapan hidangan sudah di hadapan para tamu, Bu Nyai Sukis ditinggal Bu Nyai Hasyimah mengambil sendok ke dapur. Saat itulah Bu Nyai Sukis yang ambil peran mempersilakan tamu.

“Ayo makan, ayo makan.” Bu Nyai Sukis mempersilahkan

Tamu pun paham, mulailah mereka ambil nasi dan lauk. Ketika tamu mau mengambil sayur, Bu Nyai Sukis mempersilahkan tamu.

“Ya, ini jangan, ini juga jangan.” Bu Nyai Sukis mempersilahkan

Tamu pun merasa bingung.

“Mau ambil sayur kok tidak boleh?” ucap tamu dalam hati

Akhirnya diurungkan untuk mengambil sayur, cukup makan dengan tempe dan tanpa sayur.

Ketika Bu Nyai Hasyimah datang dan mempersilakan mengambil sayur, tamu pun baru paham bahwa ‘jangan’ itu bahasa Jawa dari sayur. Tetapi karena sudah terlanjur malu, tamu pun membatalkan mengambil sayur tersebut.

“Ambil tempek lagi aje dah.” ucap tamu

Anaknya yang menjadi santri menegur

“Bu, di sini ‘tempe’ nggak pake ‘k’!” sang anak menegur

“Iye, iye, tempek ‘kan?” sang ibu menyahut

Oleh: Tim Redaksi

Sumber: almunawwir.com

Picture by almunawwir.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *