Refleksi Haul Ke-82 Al Maghfurlah KH. M Moenawwir #2

Sepulang dari Makkah pada tahun 1909 M, beliau lantas mendakwahkan al-Qur’an di sekitar kediaman beliau di Kauman tepatnya di sebuah langgar kecil milik beliau, tempat tersebut sekarang sudah menjadi gedung Nasyiatul ‘Aisyiyyah Yogyakarta. Lantas pindah ke Gading, tinggal bersama kakak beliau KH. Mudzakkir. Namun karena berbagai sebab, juga atas saran dari KH. Sa’id (Pengasuh Pesantren Gedongan, Cirebon) pada tahun 1910 M beliau pun hijrah ke Krapyak setelah selesainya pembangunan tempat tinggal dan komplek pesantren di sana, di tanah milik Bapak Jopanggung yang kemudian dibeli dengan uang amal dari Haji Ali.

Pada 15 November 1910 Pesantren Krapyak mulai ditempati untuk mengajar al-Qur’an. Dilanjutkan dengan pembangunan Masjid atas prakarsa KH. Abdul Jalil. Konon KH. Abdul Jalil dalam memilih tempat untuk pembangunan masjid, adalah dengan menggariskan tongkatnya di atas tanah sehingga membentuk batas-batas wilayah yang akan dibangun masjid. Dengan Kehendak Allah, wilayah yang dilingkupi garis itu tidak ditumbuhi rumput.

KH. M. Moenawwir selalu mengerahkan segenap santri untuk melakukan amaliyah membaca Surah Yasin tiap selesai pembangunan berlangsung. Pembangunan terus berlanjut secara bertahap, mulai dari masjid, akses jalan, dan gedung komplek santri hingga tahun 1930 M. Di Pesantren Krapyak inilah beliau memulai berkonsentrasi dalam pengajaran al-Qur’an. Para santri sangat menghormati beliau, bukan karena takut, melainkan karena Haibah, wibawa beliau.

Baca: Refleksi Haul Ke-82 Al Maghfurlah KH. M Moenawwir #1

Pengajian pokok yang diasuh langsung oleh KH. M. Moenawwir adalah Kitab Suci al-Qur’an, yakni terbagi atas 2 bagian; Bin-Nadzor (membaca) dan Bil-Ghoib (menghafal). Santri bermula dari Surah al-Fatihah, lantas lafadz tahiyyat sampai dengan Shalawat Aali Sayyidina Muhammad, kemudian Surah an-Nas sampai Surah an-Naba’, baru kemudian Surah al-Fatihah diteruskan ke Surah al-Baqoroh sampai khatam Surah an-Nas. Selain itu, pengajian kitab-kitab juga digelar sebagai penyempurna. Suatu hari pada tahun 1910 seorang santri dari Purworejo yang dianggap mampu oleh beliau diperintahkan “Ajarkanlah ilmu Fiqh kepada santri-santri di hari Jum’at, biarlah mereka mengenal air.”

Begitu seterusnya berkembang, baik kitab Fiqh maupun Tafsir, makin menonjol disamping pengajian al-Qur’an yang utama. Beliau mengajar secara sistem Musyafahah, yakni sorogan setiap santri langsung membaca di hadapan beliau, jika ada kesalahan beliau langsung membetulkannya. Adab dalam pengajian al-Qur’an sangat beliau tekankan kepada para santri. Berbagai aturan dan ta’ziran beliau berlakukan terhadap para santri. Untuk santri yang telah khatam, maka dipanjatkanlah do’a untuknya langsung oleh KH. M. Moenawwir, lantas diberikanlah baginya sebuah Ijazah yang intinya berisi pengakuan Ilmu dari guru kepada muridnya serta Tarottubur-Ruwat (urutan riwayat) atau sanad dari Sang Guru sampai kepada Rasulullah saw. secara lengkap.

Baca: Mbah Munawwir Sekatenan

Banyak di antara murid-murid beliau yang juga meneruskan perjuangan di kampung masing-masing, berupa mendakwahkan Islam pada umumnya, dan pengajaran al-Qur’an pada khususnya. Misal:

  1. K.H. Arwani Amin (Kudus)
  2. K.H. Badawi (Kaliwungu – Semarang)
  3. Kyai Zuhdi (Nganjuk – Kertosono)
  4. K.H. Umar (Pesantren Al-Muayyad, Mangkuyudan – Solo)
  5. Kyai Umar (Kempek – Cirebon)
  6. K.H. Noor (Tegalarum – Kertosono)
  7. K.H. Muntaha (Pesantren Al-Asy’ariyyah, Kalibeber – Wonosobo)
  8. K.H. Murtadho (Buntet – Cirebon)
  9. Kyai Ma’shum (Gedongan – Cirebon)
  10. K.H. Abu Amar (Kroya)
  11. K.H. Suhaimi (Pesantren Tamrinus Shibyan, Benda – Bumiayu)
  12. Kyai Syathibi (Kyangkong – Kutoarjo)
  13. K.H. Anshor (Pepedan – Bumiayu)
  14. K.H. Hasbullah (Wonokromo – Yogyakarta)
  15. Kyai Muhyiddin (Jejeran – Yogyakarta)
  16. Haji Mahfudz (Purworejo)

Untuk para Mutakhorrijiin (alumni) beliau senantiasa menjalin hubungan dan bimbingan, bahkan berupa kunjungan ke tempat masing-masing.

Oleh: Tim Redaksi

Sumber: Buku “Manaqibus Syaikh: K.H.M. Moenauwir Almarhum: Pendiri Pesantren Krapyak Yogyakarta”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *