Krapyak sedang berduka karena salah satu songgone langit Krapyak penjaga Al Qur’an di Nusantara dan pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak telah kembali ke asal memenuhi panggilan Gusti Allah di Surga, KH. Raden Najib Abdul Qodir, Senin 04 Januari 2020 sekitar pukul 16.30 Wib.
Senin sore ketika kami selesai Roan tiba-tiba mendapatkan kabar bahwasanya Mbah Najib sampun kapundut.
“Gek ndang adus kang, ayo nang pusat Mbah Najib sedo”
“Loh sing tenan kang? Ojo guyon!”
“Hooh tenan mosok ngapusi?”
“Ya Allah…”
Seketika badan terasa lemas dan tidak percaya bahwasanya berita barusan benar adanya. Karena bagi kami beliau merupakan salah satu orang tua kami di sini, merasa kehilangan sosok orang tua sekaligus guru bagi kami semua itu terasa sangat menyakitkan. Patah hatinya seorang santri bukan karena diitinggal rabi oleh sang kekasih hati melainkan ditinggal pergi oleh sang Murobbi. Beliau seorang Kyai yang sangat rendah hati, beliau seorang Ulama namun penampilannya seperti orang biasa pada umumnya. Bukan karena kaya materi nama beliau terkenal hinggal pelosok negeri, membuat beliau disegani juga dihormati, melainkan karena sifat rendah hati dan kesederhanaan beliaulah yang mengangkat derajat beliau selama ini.
Dalam sebuah kesempatan beliau pernah berpesan bahwasanya “Ngaji itu sebuah kewajiban paling atas setelah shalat fardhu jangan sampai dikalahkan yang lain, harus sadar kasihan orang tua jangan sampai mengecewakan harapan orang tua sudah dikasih kepercayaan tapi tidak mengaji. Itu namanya durhaka dan dosa besar.”
Waqila Al Maghfurlah Mbah Najib merupakan satu-satunya murid Mbah Arwani yang diperbolehkan untuk mengikuti Musabaqoh karena merupakan cucu dari KH M Munawwir Krapyak, bahkan mendapatkan suatu kehormatan bisa masuk ke dalam Ka’bah karena prestasinya juara internasional pada saat itu.
Mbah Najib bergelar Raden karena ibunda beliau Ny. R. Ayu Mursyidah merupakan keluarga Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat istri pertama dari Mbah Munawwir sebagai muasis Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak. Mbah Najib urutan ke-5 dari 8 bersaudara diantaranya sebagai berikut : KH.R. Abdul Qodir mempunyai keturunan dari Nyai. Hj Salimah (Jejeran, Yogyakarta) :
1. Ning Fatimah (wafat)
2. Ning Nurjihan (wafat)
3. Gus Widodo (wafat)
4. Nyai. Hj. Ummi Salamah
5. KH.R Muhammad Najib (wafat)
6. Nyai. Hj. Munawwaroh
7. KH.R Abdul Hamid
8. KH.R Abdul Hafidz (wafat).
Kelahiran dan kematian datang silih berganti, esok atau lusa atau kapapun saja bisa saja datang begitu saja tanpa aba-aba. Semua akan kembali ke asal disini tidak ada yang abadi semua akan kembali kepada Sang Maha Pencipta alam ini. Suatu saat diantara kita akan pulang sendirian sama saat seperti kita datang pertama kali ke muka bumi.
Jika kita merasa sebagai salah satu santrinya berusahalah meniru akhlaknya senantiasa patuh dengan dawuh-dawuh beliau, semoga kita semua diakui oleh beliau sebagai santrinya. Semoga guru kita semua, orang tua kita semua KH. R Najib Abdul Qodir wafat Husnul khatimah, diterima semua amal ibadahnya dan ditempatkan bersama para kekasih Allah dan pecinta Al Qur’an di surga, Amin.
Oleh : Tim Redaksi