Komplek Q Memperingati Haul KH. A. Warson Munawwir Ke-8

Pada hari Kamis 21 Januari 2021 M/ 09 Jumadil Akhir 1442 H (malam ini) Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek Q memperingati Haul KH. Ahmad Warson Munawwir yang ke-8, namun pelaksanaan Haul kali ini diselenggarakan secara tertutup untuk umum. Panitia Haul pun menghimbau untuk para alumni dan santri yang berada di luar pondok untuk tidak hadir dalam Majlis Haul tersebut, dikarenakan acara Majlis Haul kali ini akan disiarkan langsung melalui chanel Youtube Almunawwir Komplek Q.

Adapun rangkaian acara Haul KH. A. Warson Munawwir yang ke-8 ini dimulai dari tanggal 17 Januari 2021 dengan agenda kegiatan Muqoddaman dan Istighosah, dilanjut pada tanggal 18 Januari 2021 dengan agenda kegiatan Sima’an al-Qur’an kemudian pada tanggal 19 Januari 2021 dilaksanakan Ro’an Akbar oleh seluruh santri Komplek Q.

Keterangan foto: KH. Ahmad Warson Munawwir ketika masih muda aktif di GEMUIS

Puncak acara Haul KH. A. Warson yang ke-8 yakni pada hari Kamis, 21 Januari 2021 M dengan agenda kegiatan Wisuda XXI Madrasah Salafiyyah III dimulai pukul 18.30-19.30 Wib, kemudian dilanjutkan Penampilan Santri MTPA dimulai pukul 19.30-20.00 Wib, agenda selanjutnya yakni Khotmil Qur’an yang akan dimulai pada pukul 20.00-21.00 Wib. Kemudian dilanjut acara inti Haul yang ke-8 al-Maghfurlah KH. A. Warson Munawwir pada pukul 21.00- selesai yang bertempat di Halaman Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek Q.

Baca: Menjelang Haul Sang Maestro Kamus Al Munawwir

Meskipun Haul kali ini hanya bisa dilakukan secara virtual melaui chanel Youtube Almunawwir Komplek Q, para alumni dan santri masih bisa hormat Haul bersama keluarga tercinta di rumah ataupun komplek masing-masing. Dengan adanya Haul virtual ini diharapkan tidak merubah rasa mahabbah kita semua kepada almaghfurlah KH. A. Warson Munawwir, karena pada dasarnya yang berubah hanyalah keadaannya saja tidak dengan rasa cinta dan kasih sayang kita terhadap al-Maghfurlah KH. A. Warson Munawwir. Ini merupakan ujian rasa mahabbah kita semua terhadap Sang Maestro Kamus Al Munawwir, karena biasanya setiap tahun para alumni dan santri menjadikan momen haul sebagai ajang reuni dan mengenang masa-masa ketika masih berada di Pondok Pesantren khususnya bagi santri Komplek Q.

Mudah-mudahan kita semua selalu diberi kesehatan dan keselamatan di tengah pandemi saat ini. Dan tak lupa kita semua senantiasa selalu memohon perlindungan kepada Allah Swt, agar kiranya pandemi ini cepat berlalu dan bisa melakukan semua kegiatan dengan normal kembali.

Rabbi fanfa’naa bibarkatihi wa ihdinaa al-husnaa bihurmatihi.

Oleh: Tim Redaksi

Sumber: almunawwirkomplekq.com

Picture by almunawwirkomplekq.com

Menjelang Haul Sang Maestro Kamus Al Munawwir

Satu minggu menjelang memperingati Haul KH. M Munawwir bin Abdullah Rosyad yang ke-82 kita akan terlebih dahulu memperingati haulnya almaghfurlah KH. Ahmad Warson Munawwir. Beliau adalah sosok dibalik kemasyhuran kamus legendaris Al-Munawwir, beliau juga merupakan pendiri Pondok Pesantren Al Munawwir Komplek Q. Beliau wafat pada hari Kamis Pahing, 7 Jumadil Akhir 1434 H/ 18 April 2013 M tepat 3 hari sebelum peringatan Haul KH. M Munawwir yang ke-74.

Almaghfurlah KH. Ahmad Warson Munawwir merupakan putra ke-10 dari 11 bersaudara dari istri ke-2 KH. M Munawwir yakni Ny Hj. Khodijah (Sukis). Beliau lahir pada hari Jum’at pon 22 Sya’ban 1353 tahun wawu atau 30 November 1934 M. Nama beliau yakni Warson terinspirasi dari kata warsy yang terdiri dari tiga huruf hijaiyah yakni wawu, raa dan syin. Kata ini diambil dari salah seorang ulama ahli qira’ah yaitu Imam Warsy’. Pada saat umur 8 tahun almaghfurlah KH. Ahmad Warson sudah ditinggalkan oleh ayahanda-nya KH. M Munawwir pada tahun 1942, maka posisi pengasuh Pondok Pesantren Al Munawwir dipegang oleh tiga orang sekaligus yakni KH. R. Abdullah Affandi (putra tertua), KH. R. Abdul Qodir dan KH. Ali Maksum.

Dalam deretan nama murid pertama KH. Ali Maksum terdapat nama Ahmad Warson Munawwir yang mana dalam asuhan KH. Ali Maksum, Kyai Warson benar-benar digembleng. Beliau dituntut oleh KH. Ali untuk menghapal bait-bait alfiyah, terkadang dalam proses mengapal tersebut kaki beliau diikat oleh Kyai Ali agar bisa duduk tenang ketika diperdengarkan bait-bait alfiyah. Bahkan jika beliau tidak kunjung menghapalkan bait-bait alfiyah maka akan dihukum oleh Kyai Ali, beliau sering dilempar dengan benda, disabet, dicubit bahkan dipukul. Dengan model pendidikan yang sangat disiplin yang dilakukan oleh Kyai Ali tidak mengherankan jika murid-murid pertama Kyai Ali menjadi orang-orang yang memiliki keilmuan tinggi termasuk Kyai Warson. Pada saat usia 13 tahun Kyai Warson dipercaya oleh Kyai Ali untuk mengajarkan bait-bait alfiyah kepada para santri yang notabene usianya di atas beliau, karena amanat dari sang guru beliau tetap mengajar dengan tekun.

Baca: Gus Baha Di Majlis Tahlil 7 Hari Wafatnya Romo Yai Najib

Ketika berusia 26 tahun (1970 M) beliau mempersunting Nyai Husnul Khotimah dari Kutoarjo, semenjak berumah tangga beliau memulai bisnisnya dalam dunia usaha. Beliau pernah merintis usaha jual beli mobil dan motor, selain itu beliau juga pernah memiliki percetakan di Gading sebelah utara Krapyak dengan nama Percetakan Anugerah. Beliau juga pernah beternak burung puyuh yang jumlahnya mencapai ribuan, pernah juga beliau bersama sang kakak KH. Zainal Abidin Munawwir memiliki usaha toko kelontong di sebuah kios yang kini menjadi mushola timur Komplek Q.

Pada saat usia 47 tahun yakni pada tahun 1981 M beliau berpindah dari rumah ibundanya Ny. Hj Khodijah (Sukis) di komplek pusat Pondok Pesantren Al Munawwir ke rumah barunya yang terletak di sebelah utara komplek pusat. Bangunannya terletak diantara Komplek Nurussalam dan Komplek L yang merupakan bagian dari Pondok Pesantren Al Munawwir. Ketika beliau sudah pindah dari rumah ibundanya, kegiatan mengajar tidak lagi difokuskan di komplek pesantren pusat, beliau memusatkan perhatiannya untuk mengajar di rumahnya sendiri yang kemudian hari semakin berkembang dan menjadi komplek pesantren sendiri hingga sekarang.

Selain mendirikan pesantren khusus putri di lingkungan Pondok Pesantren Al Munawwir beliau juga berhasil menyusun kamus bahasa Arab-Indonesia yang sangat populer di kalangan pesantren, tidak hanya menjadi rujukan santri di Indonesia melainkan juga di mancanegara, kamus itu dikenal dengan nama Kamus Al Munawwir. Kamus Al Munawwir ditulis dalam bimbingan Kyai Ali, selama penulisan kamus beliau menggunakan metode setoran dalam memeriksakan naskah kamus beliau kepada Kyai Ali. Beliau membawa naskah tersebut kepada Kyai Ali untuk diperiksa sambil memijiti Kyai Ali, begitu seterusnya hingga kamus tersebut selesai dikerjakan.

Kyai Warson tidak hanya berdiam diri di lingkungan pondok pesantren saja, tetapi beliau juga aktif dalam kancah perpolitikan nasional. Pernah juga menjadi seorang pengusaha, menjadi pemimpin redaksi koran Harian Duta Masyarakat, penuli kamus, penggagas berdirinya SMK Al Munawwir serta Stikes Alma Ata. Selama hidup beliau Kyai Warson hanya berguru kepada Kyai Ali maksum saja, beliau tidak pernah mondok di pesantren lain. Meskipun demikian beliau mampu menulis mahakarya kamus Arab-Indonesia Al Munawwir yang sangat fenomenal.

Baca: Sang Murobbi Dipangkuan Ilahi

Karena sudah lama menekuni proses penyusunan kamus yang dilakukan oleh beliau sambil duduk, beliau kemudian terkena penyakit ambeien. Menurut dokter hal itu disebabkan karena terlalus sering dan lama duduk, pada tahun 2012 setelah beliau jatuh saat tidur mulai mengalami sakit dan menghentikan kegiatan beliau di luar. Beberapa hari sebelum wafat Kyai Warson bercerita yang dikisahkan oleh Bu Nyai Husnul bahwa beliau bermimpi dengan Kyai Ali, dalam mimpinya Kyai Ali mengajak beliau ikut dengan Kyai Ali. Sebagai wujud ta’dzim kepada gurunya beliau mengiyakan ajakan kyai ali untuk ikut.

Oleh: Taufik Ilham

Sumber: digilib.uin-suka.ac.id

Majalah Al Munawwir Edisi VI/2014, Pondok Pesantren Al Munawwir Krapyak

Picture by belajarsemua.github.io